KotamobaguSulutkita.com–Pemerintah Kota Kotamobagu menggelar sosialisasi Tentang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan sampah, di Desa Pontodon, Jumat (31/10/2025).
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Camat Kotamobagu Utara, Edo Mopobela SH.
Acara tersebut menghadirkan Staf Khusus Wali Kota Bidang Lingkungan dan Persampahan, Putri Damayanti Potabuga yang menggandeng kelompok Non Government Organisation (NGO) sebuah lembaga Climate Institute yang konsen pada isu lingkungan dan krisis iklim.
Camat Kotamobagu Utara, Edo Mopobela mengatakan pentingnya edukasi kepada masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah rumah tangga yang banyak diproduksi oleh masyarakat, sehingga bagaimana edukasi tersebut bisa membawa perubahan atas pengurangan sampah.
“Masyarakat sekarang masih terbiasa dengan sistem buang sampah kemudian diangkut oleh pemerintah kota, sehingga mengakibatkan TPA yang daya tampungnya terbatas sudah over kapasitas,” kata Edo.
Menurutnya dengan metode seperti itu, ketika menyiapkan TPA yang baru pasti dalam jangka waktu tertentu pasti akan penuh. Maka yang menjadi penting melakukan edukasi sehingga kesadaran masyarakat terhadap agamanya sampah pada Lingkungan semakin tinggi.
“Dengan adanya sosialisasi ini, masyarakat bisa melakukan tiga hal. Pertama, mengurangi penggunaan sampah yang tidak perlu, Kedua menggunakan kembali sampah yang masih bisa dimanfaatkan dan ketiga bisa mendagri ulang,” jelas mantan pegawai DLH ini.
Ia menambahkan, iga hal ini adalah salah satu cara menghambat produksi sampah yang sampai ke TPA debitnya berkurang sehingga persoalan sampah itu bisa segera teratasi.
“isinilah pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk sehingga membawa manfaat kembali,”tambah Camat.
Sementara itu, Staf Khusus Wali Kota Kotamobagu, Putri Damayanti, menegaskan hal yang sama tentang pengelolaan sampah dengan mendorong ibu-ibu rumah tangga untuk terlibat langsung sebagai subjek produksi dan pengelola sampah rumah tangga.
“Kami mengutamakan pelatihan dan edukasi ini kepada ibu-ibu, karena persoalan sampah ini paling banyak melekat kepada ibu-ibu. Kami memberikan materi pelatihan terkait dengan bagaimana ibu-ibu bisa menjadi individu yang pola konsumsinya cerdas terkait dengan konsumsi kebutuhan sehari-hari dan yang lebih ramah lingkungan, jadi jejak karbonnya lebih kecil karena ibu-ibu bisa memilah sampah sebelum dibuang ke TPA,” ujar Putri.
Ia melanjutkan, dengan memilah sampah ibu-ibu bisa menjadi individu melakukan pemilihan, pemilahan dengan meminimalisir penggunaan sampah plastik yang bijak dengan pilihan cerdas lewat produksi sampah dengan jejak karbon yang minim.
“Salah satu contohnya, dalam aktivitas rumah tangga ibu-ibu bisa meminimalisir penggunaan plastik bisa digantikan dengan bahan yang non plastik, seperti paper bag,” terangnya.
Pihaknya, juga melakukan edukasi bagaimana pemilahan sampah organik dan anorganik dengan memanfaatkan botol bekas air mineral untuk melakukan pengomposan di dalam pot kecil namun bisa memanfaatkan biopori lewat tanaman dalam pot bunga.
Disisi lain, Wahyu Devito Makalalag dari Climate Institute yang juga sebagai pemateri sekaligus pelatih dalam melakukan pemilahan sampah menjelaskan, pelatihan hari ini menjadi kegiatan yang menarik karena kami bisa berdiskusi langsung dengan warga tentang kebiasaan mereka mengelola sampah.
“Memang masih banyak yang belum terbiasa memilah dan cenderung membakar sampah karena dianggap lebih praktis. Tapi yang saya senang, warga sangat terbuka dan mau belajar,” sebut Wahyu.
Ia menambahkan, Climate Institute juga mencoba membuat sesi edukasi yang lebih santai lewat permainan sederhana supaya pesan pemilahan sampah bisa lebih mudah dipahami dan menyenangkan.
“Dari antusiasme mereka, saya yakin Desa Pontodon punya potensi besar untuk berkembang jadi desa yang lebih siap dan mandiri dalam mengelola sampahnya,” pungkasnya.(BM)






