MitraSulutkita.com–Situasi yang sempat memanas antara kedua Desa yakni Molompar dan Watuliney, Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) beberapa waktu lalu akhirnya meredam.
Hal ini setelah Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sulawesi Utara (Sulut) turun gunung menggelar dialog dengan para tokoh masyarakat di kedua Desa yang bertikai, Senin (1/12/2025) di Aula GMIM Silo Watuliney.
Dalam forum yang dipadati tokoh-tokoh masyarakat, agama, dan pemuda ini, Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) Irjen Pol Roycke Langie menyampaikan kesimpulan penting hasil penyelidikan. Ia menegaskan bahwa bentrok di Belang tersebut murni tindakan kriminal dan sama sekali tidak berkaitan dengan isu SARA seperti yang ramai beredar.
“Kesimpulannya, kejadian pada hari Minggu tanggal 30 November 2025 adalah kriminal murni, tidak ada unsur SARA. Pelaku akan ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku,” tegas Kapolda Roycke disambut tepuk tangan peserta.
Kapolda mengungkapkan aparat telah mengantongi identitas sejumlah terduga pelaku dan memastikan penanganan hukum dilakukan cepat untuk meredam kegelisahan kedua desa. Ia memerintahkan Polres Minahasa Tenggara melakukan operasi besar-besaran terhadap peredaran miras, lem, obat keras, hingga senjata tajam yang dinilai menjadi pemicu utama gangguan kamtibmas.
“Jika ada informasi miras, lem, atau obat keras, laporkan. Kita tindak. Sidak harus dilakukan tanpa toleransi,” tegasnya.
Selain itu, Kapolda mengaktifkan Patroli PANTERA, patroli khusus Polda Sulut, untuk memastikan tidak ada potensi bentrokan susulan.
Di hadapan para tokoh masyarakat dan agama, Kapolda menekankan pentingnya meredam isu liar yang bisa memperkeruh situasi pasca bentrok di Belang.
“Rekonsiliasi ini penting agar tidak ada lagi ruang bagi provokasi maupun gangguan keamanan. Semua harus kembali pada penyelesaian damai dan taat hukum,” ujarnya.
Sejumlah tokoh memberikan pandangan mereka. Pdt Maxi Lempas mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi.
Pdt Femmy Tiwow menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas.
Irpan Idris, tokoh Muslim Belang, menyebut peredaran miras dan sajam sebagai faktor utama gangguan keamanan.
Sementara James Sumendap, mantan Bupati Minahasa sekaligus Kepala Panji Josua GMIM, menilai peristiwa itu hanya kenakalan remaja yang dibesar-besarkan.
Wakil Gubernur Sulut, J. Victor Mailangkay, mewakili Gubernur, mengajak masyarakat mengutamakan kasih dan persaudaraan dalam menyikapi persoalan.
Bupati Minahasa Tenggara, Ronald Kandoli, memastikan pemerintah daerah sejak awal telah turun langsung menenangkan masyarakat kedua desa.
“Mari kita percayakan sepenuhnya penanganan persoalan ini kepada aparat keamanan. Kita harus menahan diri dan menjaga situasi tetap kondusif,” tegas Kandoli.
Pertemuan tersebut menjadi momentum penting meredam ketegangan dua desa yang sempat bersitegang. Dialog berlangsung hangat dan solusi konkret langsung dicanangkan.
Kapolda menutup pertemuan dengan imbauan kuat. “Mari bersama menjaga keamanan. Pelaku kriminal, pengedar miras, lem, obat keras, serta pembawa sajam akan kami tindak tegas.”
Dengan hadirnya aparat lengkap mulai dari Kapolda, Wakil Gubernur, Kasdam XIII/Merdeka Brigjen TNI Nono Julianto, dan seluruh unsur Forkopimda Belang kini memasuki fase awal rekonsiliasi dan pemulihan situasi keamanan.(BM)

