Dorong Tema Merajut Harmoni dalam Keberagaman, Kemenag Sulawesi Utara Gelar Workshop Pemuda Lintas Agama 2025

Kementrian Agama Sulawesi Utara saat menggelar workshop toleransi pemuda lintas agama 2025.

ManadoSulutkita.com–-Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara (Kemenag Sulut) menggelar Workshop Toleransi Pemuda Lintas Agama Tahun 2025 dengan tema “Merajut Harmoni dalam Keberagaman: Sinergi Pemuda Lintas Agama Sulawesi Utara.” Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, 11–12 Juni 2025, bertempat di Hotel NDC, Manado.

Workshop ini diikuti oleh 44 pemuda lintas agama dari 12 kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Para peserta berasal dari berbagai latar belakang agama, yaitu Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Mereka hadir dengan semangat dan komitmen bersama untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan membangun kerukunan di tengah keberagaman.

Para narasumber yang hadir dalam kegiatan ini berasal dari Kepala Pusat FKUB, kalangan akademisi, serta praktisi sosial yang memiliki pengalaman luas dalam isu keberagaman dan toleransi.

PLH Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulut, Basri Saenong, S.Ag, M.Pd, MM dalam sambutannya saat membuka kegiatan menegaskan pentingnya peran pemuda sebagai agen perdamaian dan perekat bangsa.

Sulawesi Utara dikenal sebagai provinsi yang rukun dan toleran. Melalui workshop ini, kami ingin memperkuat nilai-nilai tersebut di kalangan generasi muda agar mampu menjadi motor penggerak harmoni sosial di tengah masyarakat,” ujarnya.

Lanjut Saenong, selama dua hari pelaksanaan, para peserta akan mengikuti berbagai materi mengenai moderasi beragama, dialog lintas iman, serta aksi nyata seperti membersihkan rumah ibadah lintas agama dan penanaman pohon sebagai simbol perdamaian dan pelestarian lingkungan.

Dalam arahannya, Basri Saenong juga mengungkapkan bahwa tingkat toleransi pemuda Sulawesi Utara berada di peringkat ke-9 secara nasional berdasarkan penelitian dari Brik. Meski dikenal sebagai laboratorium kerukunan, ia menilai masih terdapat tantangan besar dalam menjaga harmoni.

“Dengan peringkat seperti itu, Sulawesi Utara masih jauh dari kata ideal dalam toleransi. Masih ada potensi konflik berbasis agama yang perlu kita hadapi bersama,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya peran pemuda lintas agama sebagai batu bata kerukunan di tengah risiko konflik yang ada.

“Pemuda lintas agama adalah garda terdepan dalam membangun toleransi di Sulawesi Utara. Mari kita kembalikan Sulut sebagai auditorium sikap toleransi. Saudara-saudara adalah harapan bangsa untuk menyambut generasi emas Indonesia 2045,” pungkasnya.

Workshop ini diharapkan menjadi ruang bertumbuh bagi para pemuda lintas iman untuk memperkuat jaringan, memperdalam pemahaman, dan mempraktikkan nilai-nilai keberagaman secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat.(Rama/*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *